Rumput Tetangga Selalu Tampak Lebih Hijau
Sunday, March 1, 2009
.
.
Pernah mendengar istilah ”Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau”. Tulisan ini saya angkat karena saya sering mendengar istilah ini dari pembicaraan dengan teman-teman saya, baik yang masih sendiri maupun mereka yang telah menikah. Mungkin istilah ini hanya kiasan saja, tetapi saya tertarik untuk mengulasnya.
”Arti dari ungkapan rumput tetangga lebih hijau” bahwa kita melihat orang lain memiliki kebahagiaan dan kebaikan yang lebih dari apa yang ada pada diri kita. Lalu bagaimanakah seharusnya kita ketika menyikapi kenyataan itu?. Haruskah sikap iri, dengki yang kita tunjukkan atau sebaliknya, ikut merasa senang melihat tetangga bahagia.
.
Rumput tetangga tampak lebih hijau mungkin karena kita melihatnya dari kejauhan, Jarak sering menipu pandangan manusia. Bulan yang kita lihat indah di malam hari, sinarnya yang kuning keemasan, Tapi sebenarnya bila dilihat dari dekat, hanyalah sebuah padang tandus yang berlubang-lubang. Coba kita lihat sebuah bukit yang sebenarnya agak gundul, bila dilihat dari jauh tetap saja terlihat biru. Bahwa mungkin orang lain terlihat lebih bahagia, lebih cantik dan lebih tampan dari kita, tetapi ketika kita mengetahui dari dekat kehidupannya, bisa jadi kita akan mengoreksi pandangan kita, dan tersadarlah bahwa kita memiliki kehidupan yang lebih bahagia.
Jadi menurut saya bagi mereka yang masih sendiri mungkin bisa mempertimbangkan dan mengambil contoh diatas didalam mencari pasangan hidup. Bukti dan pengalaman orang-orang lain hendaknya juga dijadikan masukkan agar kita terhindar dari hal-hal yang mengecewakan nantinya. Kita tidak harus belajar dari pengalaman sendiri, ambil hikmah dari pengalaman orang lain juga. Secara universal kita pasti ingin melihat segala sesuatunya sempurna, baik kemasan dan isinya.
Begitu juga bagi yang sudah terlanjur berkeluarga, janganlah selalu membandingkan pasangannya dengan suami tetangganya, karena itu akan menyakiti hatinya. Dan juga buat yang sudah berkeluarga tapi masih senang berselingkuh ria ataupun yang masih sendiri yang mempunyai hubungan dengan pasangan orang lain, apakah kita telah mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri, “apa yang kita inginkan dalam hidup yang singkat ini” apakah cinta berdebar-debar memabukkan tapi sembunyi-sembunyi takut ketahuan oleh pasangan kita ” apakah cinta yang menghanyutkan sampai nggak perduli cinta kita diatas kepedihan orang lain” apakah cinta dengan perasaan bersalah yang kita inginkan,” tanyakan dan temukan jawabannya sendiri didalam hati masing-masing.
Sebenarnya kita akan menemukan semua jawaban atas kegalauan kita apabila kita jujur pada diri dan hati sendiri, selama ini yang kita lakukan adalah berusaha mencari pembenaran-pembenaran atas tindakan yang kita lakukan walaupun sebenarnya jauh didalam hati kita tahu apa yang seharusnya kita lakukan. Rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau, pasangan orang akan kelihatan lebih menarik, jadi bagaimana membuat kita berpikir bahwa pasangan kita semenarik pasangan tetangga.
Pernahkah kita berfikir mengapa rumput tetanga lebih hijau dari kita? Semua itu adalah relatifitas dan sawang sinawang. Selain itu Mungkin karena si pemilik itu rajin merawat, menyirami dan selalu menjaga dari tangan-tangan usil yang mengganggu. Seharusnya kita senang dan bersyukur melihat rumput tetangga lebih hijau.
Sebagai orang yang bijak, alangkah baiknya jika ”Rumput tetangga yang lebih hijau” itu dijadikan sebagai motivasi, dengan demikian akan hadir energi positif yang akan menghancurkan energi negatif yaitu kedengkian. Hendaknya kita tidak selalu memandang keatas, karena diatas langit masih ada langit. Maka seharusnya kita lebih banyak bersyukur kepada Allah SWT, karena masih banyak yang tidak seberuntung kita.
Kemudian apakah orientasi kita saat melihat rumput tetangga lebih hijau? Bila orientasi nya keridhaan Allah dan bukan rumput, maka kita palingkan rumput itu dan baiknya kosentrasi pada firman Allah SWT : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS 3 : 14).
Maka alangkah baiknya jika seharusnya manusia sibuk menghijaukan rumput surganya daripada mengurusi hijaunya rumput tetangganya.
posted by Embun Pagi @ 8:44 PM
9 Comments:
At March 01, 2009 9:13 PM , reni said...
Itulah sifat manusia yang selalu tidak puas dengan apa yang dimilikinya, mbak.
Seperti biasa, artikel mbak Tyas selalu menyejukkan, seperti embun di pagi hari... Bravo.
At March 01, 2009 9:38 PM , Anonymous said...
Betul sekali, rumput tetangga jadikan motivasi dalam hal yg positif.
Jangan lupa juga melihat pekarangan tetangga yang tidak ada rumputnya. Itu juga bagus bagi yang punya rumput, walau tidak hijau.
Very good lho artikelnya, paragraf akhir sip banget.
At March 02, 2009 2:20 PM , Anonymous said...
postingan yang baguus tyas..
arti yang lebih melebar untuk segala hal... marilah kita menjaga hati.. agar terus memberikan kebaikan buat yang telah baik maupun yang blm baik....
jazakillah khairon katsiro...
At March 02, 2009 6:41 PM , Anonymous said...
Sebuah ulasan yang menarik, kalimatnya diurai halus dan lembut namun makna, hikmah dan pesan moralnya sangat luar biasa, mampu menyentuh hati pembaca..
Menjaga hati adalah cara agar kita terhindar dari "selingkuh"
Appreciate Tyas...
At March 02, 2009 6:50 PM , Anonymous said...
Wah ternyata selain mahir berhitung dan presentasi, Tyas pandai menulis juga.
Good artikel.. sukses ya, ketemu di presentasi selanjutnya...
At March 02, 2009 8:12 PM , Anonymous said...
setuju banget, apalagi rumputnya seperti gambar itu, siapapun akan suka...mbak Embun ini memang bijak..ehm
At March 05, 2009 12:02 AM , joe said...
sebenarnya asal kita mau mensyukuri apa yang ada pada diri kita, mungkin hal itu tidak akan terjadi ...
At October 24, 2016 9:58 AM , Unknown said...
Kata yank bijakk 😊
Ijin share ya mba :)
At October 27, 2016 10:12 AM , Unknown said...
sangat memotifasi...
ijin share
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home