Mengemas Luka
Monday, March 30, 2009
...................................
Hari semakin senja.. langit tertutup kabut
..........................................................
.........................................
Gerimis malam belum juga usai..
Gadis itupun masih harus terus menunggu
Tubuh kurusnya perlahan mengikis kecantikannya...
Entah sampai kapan harus berjuang
Sementara jauh terbentang bukit dan lautan
Gadis itupun masih harus terus menunggu
Tubuh kurusnya perlahan mengikis kecantikannya...
Entah sampai kapan harus berjuang
Sementara jauh terbentang bukit dan lautan
Dan waktu pun seperti berhenti berdetak..
Aku ingin dia mengerti...
Meski hanya lewat angin.. kan kutulis, tapi aku khawatir..
Kalimat yang kurangkai berhari-hari tak berbalas ...
Aku ingin dia mengerti...
Meski hanya lewat angin.. kan kutulis, tapi aku khawatir..
Kalimat yang kurangkai berhari-hari tak berbalas ...
Dimanakah kau sembunyikan jawabanmu
Mungkin baiknya kusimpan saja kegelisahan ini
Sekedar mengasah ketajaman rasa dan kepekaan jiwa
Sekedar mengasah ketajaman rasa dan kepekaan jiwa
Mungkinkah satu ketika kan terbawa gelombang di laut..
Ku akan terus berjalan hingga pesisir tuk dapatkan jejak-Mu
Lalu kutelusuri sampai di cakrawala...
Hari semakin senja.. langit tertutup kabut
Riuh suara binatang malam mulai bersiul memilukan....
Berderai menikam batin, namun perlahan sirna
Entah ke mana....aku akan terus menunggu sampai batas waktu-Mu
Aku masih ingin mendengar kecipak air..
Masih ingin rasakan segar dan beningnya embun pagi
Ditemani semilir angin...
Aku masih ingin mendengar kecipak air..
Masih ingin rasakan segar dan beningnya embun pagi
Ditemani semilir angin...
.......................
Tanpa kusadari betapa jauhnya jalan terjal kutempuh
Menembus kegelapan malam, dan menyibak alang-alang
Oh malam... bernyanyilah mengiringi langkah dan penantianku..
Biarlah ku kemas segalanya hingga aku renta dan penuh luka
Kelak tinggal catatan, di sinilah aku pernah berdiri
Mencoba tegar meski kini tinggal puing....
posted by Embun Pagi @ 9:00 PM
5 Comments:
At March 30, 2009 9:30 PM , Ge Siahaya said...
Liris sekali...
Hidup memang rawan.
At March 31, 2009 5:31 AM , Anonymous said...
Kutempuh jalan terjal
menembus kegelapan malam, dan menyibak alang-alang
Berbekal Istiqomah yang sebenar-benarnya istiqomah...
Membuang pikiran ragu yang selalu muncul "Lho..sebenarnya bukan kamu yang kuundang"
At March 31, 2009 1:57 PM , tistirabbani said...
sukaaaa....sekali ama puisi ini ..lam kenal :)
At March 31, 2009 8:05 PM , reni said...
Cara "mengemas luka" yang indah sekali, mbak.
Seperti yang mbak tulis, ketegaran adalah salah satu caranya.
At April 01, 2009 11:55 AM , amalia said...
luka itu bagi manusia.. tp Allah bilang ini karunia..
dgn luka ini kita bs menatap indahnya menghamba pada-Nya..
memang yg terindah jika tanpa luka kita bs mendapatkan hati yg berserah..
Jgn biarkan luka ini menganga ya..
aku percaya Tyas sdh memiliki obatnya..
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home