Mitos
Friday, March 13, 2009
.
Berbahayakah sebuah Mitos? Jika pertanyaan ini diajukan kepada Mandela yang telah lengser dari jabatannya sebagai presiden Afrika selatan tahun 1999 silam, boleh jadi jawabannya adalah iya.

Nelson Mandela adalah legenda hidup bagi rakyat Afrika Selatan. Ia pejuang anti apartheid yang gigih sejak usia muda. Perjuangan Mandela yang akhirnya mengantarkannya ke penjara selama 27 tahun. Nelson Mandela mendekam di penjara karena rezim apartheid dengan perlakuan yang sangat tidak manusiawi.

Penjara selain mewariskan sejumlah penyakit, membuat Mandela mengalami mitologisasi. Mandela terkurung jauh dari realitas. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Namun semakin hari namanya semakin dikenal. Ketiadaaan persentuhan Mandela dengan alam nyata justru membuat sosoknya semakin menggelembung. Nelson Mandela pun kemudian dipahami banyak orang bukan sebagai sosok historis tapi sosok mitologis.

Semua media massa menyoroti pemenjaraannya sebagai kasus anti demokrasi dan penginjak-injakan hak asasi semakin menyuburkan mitologisasi ini. Walhasil Mandela lebih dikenal orang banyak dalam sosok mitologisnya sebagai seorang laki-laki pahlawan yang melebihi manusia biasa. Jiwa raganya semata-mata hanya dipenuhi oleh semangat perlawanan terhadap politik apartheid, tak pernah mengeluh dan tahan uji terhadap segala cuaca.
............................................................................................
Winnie, istrinya yang senantiasa setia menemani Mandela dari luar tembok penjara, di alam nyata Winnie memahami mandela persis sama seperti pemahaman pada umumnya orang kulit hitam Afrika Selatan. Tidak dalam sosok historisnya melainkan sosok mitologisnya sebagai laki-laki pahlawan besar yang kehebatannya melewati batas yang bisa dicapai manusia biasa.

Ketika Mandela akhirnya keluar dari penjara, bertemulah Mandela dengan Winnie dengan bahaya sebuah mitos. Tak begitu lama setelah Mandela menghirup udara bebas di rumahnya, dan Winnie tak lagi bersusah payah untuk bisa bertemu Mandela seperti ketika di penjara, sosok Mandela justru mengalami demitologisasi, dimana Mandela semakin historis sebagai laki-laki biasa. Mandela ternyata laki-laki yang sensitif, mudah marah.
.................................................................................................
Winnie yang terlanjur memahami Mandela dalam sosok mitologisnya sebagai pahlawan besar sangat terkejut waktu itu. Baju-baju mitologis yang menyelimuti Mandela secara perlahan pasti akan tanggal. Makin hari Winnie melihat sosok Mandela adalah laki-laki biasa, bukan pahlawan besar tanpa cela yang sesekali di bezuknya di penjara.

Menurut penuturan Mandela dalam buku otobiografinya, Long Walk to Freedom (1995) yang akhirnya mengantarkan perceraiannya dengan Winnie. Mandela dan Winnie bertemu dengan bahya sebuah mitos, yakni keterkejutan dan lunturnya ikatan emosional setelah sosok mitos makin lama makin menjadi historis. Begitu pula sebetulnya cerita tentang Pangeran Charles dan Putri Diana dari Inggris.

Pelajaran berharga dari Mandela adalah betapa nikmat memang hidup di alam mitologis. Namun celakanya, alam mitologis adalah alam yang sangat sementara. Ketika ia berganti menjadi alam historis maka kenikmatan itu ternyata hanyalah semacam gejala mabuk. Disitu tak ada rasionalitas, yang ada hanya emosi.

Maka dilihat dari sisi itu boleh jadi benarlah anggapan yang dikenal umumnya orang Indonesia ”Orang baik selalu mati lebih awal” hal ini bukan lantaran hubungan sebab akibatnya memang teruji kebenarannya bahwa ”karena orang itu baik maka mati cepat”, tetapi lantaran orang yang cepat mati tidak sempat dikenali sosok historisnya secara luas.
.
posted by Embun Pagi @ 8:50 PM

6 Comments:

  • At March 13, 2009 9:10 PM , Blogger reni said...

    Mitos adalah kepecayaan yang tidak beralasan, sayangnya dipercaya kebenarannya. Biasanya mitos dapat muncul dengan mudah pada masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan yang cukup. So, kalau seseorang mempercayai mitos seperti berdiri di atas kulit telur.

    Semangat terus ya, mbak. Nice posting...

     
  • At March 13, 2009 10:12 PM , Anonymous Anonymous said...

    kenyataan yang semu itu tak kekal, maka lunturlah sdh semua pemujaan..
    sebenarnya itulah kuasa-Nya, agar manusia tdk menjadikan manusia lain yang dikultuskan.. siapapun itu..

     
  • At March 14, 2009 1:50 PM , Blogger Nuga said...

    Perhatikan bunga wijoyo kusumo. Mekrok sebentar, kemudian layu. Hingga tdk banyak orang sempat menikmatinya. Dan muncullah berbagai mitos ttg kembang ini.

    Orang baik cepat mati. Hiiiyyy... medeni. Wah mari kita agak jahat, spy lebih panjang umur. Terlalu baik itu, kadang tidak baik. Hehehe.

    Masih ingin ngethuprus benernya, tapi blon ijin, ama yang empunya.
    Salam...Sip

     
  • At March 15, 2009 9:25 AM , Blogger Miss G said...

    Mantap mbak (^_^) Sebuah observasi yang sangat menarik!

     
  • At March 16, 2009 1:01 PM , Anonymous Anonymous said...

    yup...sungguh dalam matamu memandang...

     
  • At March 16, 2009 1:43 PM , Blogger Arief Firhanusa said...

    Mitos sama kultus apa bedanya ya?

    Saya punya teman, seorang ketua dalam sebuah komunitas suporter sepakbola. Ia dikultuskan seperti pahlawan yang wajib dielu-elukan.

    Namun, pada bagian lain hidupnya, saya mendapatinya kerap teler dan bahkan mengabaikan kepentingan keluarga demi organisasi, dan ... pengultusan itu!

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

 
My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia
Previous Posts