Negara Mayakuasa
Monday, March 16, 2009
.
.
.
Tanggal 23 Februari 2000 merupakan moment penting dari sejarah politik Amerika yang hampir luput dari perhatian. Pada tanggal itulah di negara bagian Mississipi dimulai sebuah proyek besar yang merupakan proyek percontohan penting dengan nama ”egovernment”. Proyek yang bermula dari gagasan untuk membuka kantor pemerintahan selama 24 jam, tujuh hari seminggu, (atau di sederhanakan dengan istilah 247) tanpa ada istirahat, dengan memanfaatkan teknologi internet gagasan tersebut membuka peluang bagi semua warga untuk dapat menggunakan hak dan kewajiban mereka tanpa mengenal dimensi waktu dan ruang.
.
Sebagai langkah awal, proyek ini dilaksanakan di tiga county – satuan administrasi pemerintahan dibawah negara bagian terbesar di bagian selatan Mississippi, yaitu Hancock, Harrison dan Jackson.sebuah langkah yang prioritasnya adalah menyediakan sarana pembayaran pajak secara online bagi penduduk tiga county tersebut. Para pembayar pajak cukup duduk di depan komputer kapan saja dimana saja, membuka akses ke situs e-government yang telah dibuka, dengan hanya melakukan beberapa sentuhan diatas keyboard komputer urusan selesai. Selain itu warga juga bisa melibatkan diri tanpa ada batas ruang dan waktu dalam mekanisme layanan pemerintah secara interaktif.
.
Proyek tersebut di organisir oleh Eksekutif Direktur Departemen Layanan Teknologi Mississippi yang dalam pengelolaannya melibatkan badan eksekutif dan legislatif negara bagian. Disini setiap warga bisa berpartisipasi dan menikmati layanan pemerintahan. Mereka juga bisa secara langsung berurusan dengan kantor-kantor layanan publik seperti mengurus SIM, melamar pekerjaan ke kantor pemerintah, melamar sekolah serta mendaftarkan diri sebagai pemilih dalam waktu yang sangat singkat.
.
Proyek Mississippi ini berusaha mewujudkan virtual government atau boleh dibilang sebuah resolusi dimana ia ingin mengubah secara dramatis cara kerja pemerintahan dan model interaksi warga negara dengan pemerintahannya. Perubahan yang sangat fantastis dan menyentuh banyak sekali aspek kerja pemerintahan yakni efisien waktu, energi dan meminimalkan kontak langsung secara fisik tetapi menciptakan mekanisme hubungan langsung antara warga negaranya dengan pemerintahan.
.
Bagi Amerika revolusi semacam ini adalah bukan hal yang mustahil, karena didukung oleh infrastruktur yang menjanjikan. Hal ini dibuktikan bahwa sesuai data pada Februari 1999 bahwa ada 75 juta orang Amerika diatas 16 tahun yang menjadi pengguna internet, dan 60% diantara mereka menggunakannya setiap hari. Hal ini membuat Dick Morris yang mantan ketua penasehat strategi Bill Clinton dalam kampanye 1996 dengan yakin menyatakan dalam bukunya (Vote.com 1999) bahwa internet akan menjadi pusat perputaran demokrasi. Kemudian Daniel E. Sichel dalam bukunya ”The Computer Revolution” (1997) menegaskan bahwa dengan kehadiran internet maka revolusi teknologi telah berubah secara tegas menjadi sebuah revolusi sosial yang cakupannya lebih luas, dan hampir tak ada wilayah yang tak bisa di jangkaunya.
.
Diatas kertas memang revolusi teknologi telah mampu mempermudah masyarakat untuk mengakses media yang memang dibutuhkan dalam demokrasi, Namun pada saat yang sama juga makin merenggangkan tali ikatan dan jaringan sosial di dalam masyarakat, dimana orang merasa cukup bergaul dengan komputer dan merasa tidak perlu lagi membangun paguyuban sosial.
.
Yang menjadi pertanyaan adalah ”bagaimana halnya dengan Indonesia?” Alih daya e-government yang telah ada di Indonesia sekarang ini adalah e-power atau Mayakuasa. Yakni munculnya internet dan pengguna internet sebagai kekuatan yang sedikit banyak menentukan arah perkembangan masyarakat. Bagaimanakah prospek kekuatan ini dan relasinya, yang kompleks dengan masa depan termasuk manfaat dan bahayanya dunia virtual.
.
Sebagai langkah awal, proyek ini dilaksanakan di tiga county – satuan administrasi pemerintahan dibawah negara bagian terbesar di bagian selatan Mississippi, yaitu Hancock, Harrison dan Jackson.sebuah langkah yang prioritasnya adalah menyediakan sarana pembayaran pajak secara online bagi penduduk tiga county tersebut. Para pembayar pajak cukup duduk di depan komputer kapan saja dimana saja, membuka akses ke situs e-government yang telah dibuka, dengan hanya melakukan beberapa sentuhan diatas keyboard komputer urusan selesai. Selain itu warga juga bisa melibatkan diri tanpa ada batas ruang dan waktu dalam mekanisme layanan pemerintah secara interaktif.
.
Proyek tersebut di organisir oleh Eksekutif Direktur Departemen Layanan Teknologi Mississippi yang dalam pengelolaannya melibatkan badan eksekutif dan legislatif negara bagian. Disini setiap warga bisa berpartisipasi dan menikmati layanan pemerintahan. Mereka juga bisa secara langsung berurusan dengan kantor-kantor layanan publik seperti mengurus SIM, melamar pekerjaan ke kantor pemerintah, melamar sekolah serta mendaftarkan diri sebagai pemilih dalam waktu yang sangat singkat.
.
Proyek Mississippi ini berusaha mewujudkan virtual government atau boleh dibilang sebuah resolusi dimana ia ingin mengubah secara dramatis cara kerja pemerintahan dan model interaksi warga negara dengan pemerintahannya. Perubahan yang sangat fantastis dan menyentuh banyak sekali aspek kerja pemerintahan yakni efisien waktu, energi dan meminimalkan kontak langsung secara fisik tetapi menciptakan mekanisme hubungan langsung antara warga negaranya dengan pemerintahan.
.
Bagi Amerika revolusi semacam ini adalah bukan hal yang mustahil, karena didukung oleh infrastruktur yang menjanjikan. Hal ini dibuktikan bahwa sesuai data pada Februari 1999 bahwa ada 75 juta orang Amerika diatas 16 tahun yang menjadi pengguna internet, dan 60% diantara mereka menggunakannya setiap hari. Hal ini membuat Dick Morris yang mantan ketua penasehat strategi Bill Clinton dalam kampanye 1996 dengan yakin menyatakan dalam bukunya (Vote.com 1999) bahwa internet akan menjadi pusat perputaran demokrasi. Kemudian Daniel E. Sichel dalam bukunya ”The Computer Revolution” (1997) menegaskan bahwa dengan kehadiran internet maka revolusi teknologi telah berubah secara tegas menjadi sebuah revolusi sosial yang cakupannya lebih luas, dan hampir tak ada wilayah yang tak bisa di jangkaunya.
.
Diatas kertas memang revolusi teknologi telah mampu mempermudah masyarakat untuk mengakses media yang memang dibutuhkan dalam demokrasi, Namun pada saat yang sama juga makin merenggangkan tali ikatan dan jaringan sosial di dalam masyarakat, dimana orang merasa cukup bergaul dengan komputer dan merasa tidak perlu lagi membangun paguyuban sosial.
.
Yang menjadi pertanyaan adalah ”bagaimana halnya dengan Indonesia?” Alih daya e-government yang telah ada di Indonesia sekarang ini adalah e-power atau Mayakuasa. Yakni munculnya internet dan pengguna internet sebagai kekuatan yang sedikit banyak menentukan arah perkembangan masyarakat. Bagaimanakah prospek kekuatan ini dan relasinya, yang kompleks dengan masa depan termasuk manfaat dan bahayanya dunia virtual.
..
posted by Embun Pagi @ 9:26 PM
6 Comments:
At March 16, 2009 9:53 PM , Anonymous said...
hmm...manggut2..hmm... sopistichated.
At March 16, 2009 9:55 PM , Anonymous said...
kelihatanya bahaya sdh mulai mengancam ya.. banyak diantara karyawan berselancar dan FB, YM dll dari kantor...membuat mereka2 kurang prodktf, sehingga kebijakan menejemn untuk memblokir alamat2 tsb... yg tdk berhub dgn kerjaan.. ini baru contah kecil e-power itu..
Jelas setiap perkembangan jaman mengandung konsekwnsinya..
he he... Tyas tanpa intrnt aku dan kau .. tdk kenal ya... ini manfaatnya kali ya...
bener begini komentnya yaaa...
At March 17, 2009 7:08 AM , Anonymous said...
Hemmm... Ikutan duduk neliatin aja dehhh...
At March 17, 2009 8:46 AM , Ge Siahaya said...
Hemm.. sangat menarik! memang sudah pernah dibahas dalam sebuah buku yg saya baca thn 2000, judul-nya X-generation, lupa karangannya siapa, tapi hal2 semacam ini sudah diprediksi terjadinya, dan mmg terjadi juga. Good info mbak Tyas, dan bahan kontemplasi yg perlu (^_^)
Love it!
At March 17, 2009 7:01 PM , reni said...
Wah.., emang teknologi bagai pisau bermata dua.
Kecanggihan teknologi di satu sisi memang memudahkan dalam efektivitas kinerja tapi di sisi lain juga bisa menghambat produtivitas.
Kudu pinter-2 ngatur diri sendiri. Bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dg lainnya. Dan..., itu tak cukup hanya lewat dunia maya.
At March 17, 2009 8:03 PM , Anonymous said...
hal ini juga membenarkan apa yang ditulis oleh Thomas L. Friedman di bukunya "The World is Flat".
bahwa internet bisa membuat bumi yang tadi bulat jadi datar.
saya rasa apa yang dilakukan oleh negara bagian Missippi adalah memindahkan apa yang selama ini mereka lakukan dgn outsourcing di India.
Indonesia? hmm..mudah2an percepatan peluasaan jaringan internet semakin cepat dan yang terutama tarifnya (yang dengar2 akan turun di April ini), sehinga apa yang terjadi di Mississipi juga bisa terjadi di Indonesia.
Yang positip harus kita tiru bukan?
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home