Salafussholih : Syekh Idris
Sunday, January 18, 2009
Tadi siang kami mengurus NPWP. Mengikuti anjuran negara bahwa mulai sekarang, manusia perlu “dipajeki”. Dan setelah terombang-ambing di tiga kantor pajak. Atas izin Allah kami terdampar di Masjid Agung Kauman dalam sebuah sholat Jumat yang amat mengesankan. Ada shalat ghaib untuk saudara-saudara muslim Palestina plus doa Qunut……….(lupa namanya). Dan…..Barakallah untuk Bapak khatib. Begini isi khotbahnya :
**
Suatu ketika seorang pemuda bernama Idris. Beliau sedang berada di

Sampailah beliau di sebuah perkebunan apel, dan diyakini bahwa buah yang dimakannya adalah sejenis dengan yang ada di kebun itu. Maka dicarilah sang pemilik kebun. Setelah berketemu,

Karena begitu istiqomahnya sang Idris, diapun menyetujui. Dan kemudian merekapun menikah. Setelah muhrim, Idris dapat menyaksikan hal-ihwal tentang istrinya tersebut. Betapa herannya,

Dijelaskan bahwa, puterinya tuli, karena tidak pernah mendengar kata-kata nista. Puterinya buta karena tidak pernah melihat hal-hal maksiat. Puterinya bisu karena tidak pernah berkata-kata kotor dan keji. Maka bersyukurlah mereka menjalani mahligai rumah tangga dalam keridhaan Ilahi. Dan kelak dari perkawinan mereka, lahirlah seorang yang amat mulia, yaitu Imam Syafii dengan madzab Syafii-nya.
**
(Mewakili Sang Khatib)
Hadirin yang dimuliakan Allah….
Demikianlah jika seseorang yang sangat menjaga, dari apa-apa yang dia makan. Komitmen dalam mencari yang halal dan meninggalkan yang haram. Menafkahi keluarganya dengan harta yang halal. Akan menghasilkan manusia-manusia unggulan yang berakhlak mulia.
.
Hadirin yang dimuliakan Allah…. 
Kita harus sangat prihatin, atas apa yang terjadi di negeri kita. Prestasi dunia yang gemilang dalam hal perkorupsian. Penyelewengan jabatan, krisis akhlak, krisis moral, KKN dll. Generasi muda penerus bangsa yang kian amburadul moralnya. Semakin tinggi pendidikannya justru makin rendah akhlaknya. Kebodohan demi kebodohan kian ber-simerajalela. Nauzubillah.
Oleh karena itu hadirin, marilah kita jaga iman dan taqwa kita. Sadarkan diri kita, sadarkan keluarga kita, sadarkan saudara-saudara kita. Bernasihatlah dalam kebenaran, dan bernasihatlah dengan penuh kesabaran.

Kita harus sangat prihatin, atas apa yang terjadi di negeri kita. Prestasi dunia yang gemilang dalam hal perkorupsian. Penyelewengan jabatan, krisis akhlak, krisis moral, KKN dll. Generasi muda penerus bangsa yang kian amburadul moralnya. Semakin tinggi pendidikannya justru makin rendah akhlaknya. Kebodohan demi kebodohan kian ber-simerajalela. Nauzubillah.
Oleh karena itu hadirin, marilah kita jaga iman dan taqwa kita. Sadarkan diri kita, sadarkan keluarga kita, sadarkan saudara-saudara kita. Bernasihatlah dalam kebenaran, dan bernasihatlah dengan penuh kesabaran.
posted By : Nuga
(izin pemasangan / posting, terlampir)
.
posted by Embun Pagi @ 1:03 PM

3 Comments:
At January 18, 2009 4:44 PM ,
Anonymous said...
sepakat dengan yang menulis...
kita harus menzakati diri kita sendiri... yang artinya membersihkan diri dari hal yang kita anggap benar padahl blm tentu benar.. baik yg berupa materi n yg bersifat sikap..
truslah bersyiar pak nuga... barakallah
At January 18, 2009 8:00 PM ,
Anonymous said...
"NPWP, Pajak dan Zakat"
Setuju dengan komen nya Ibu Amalia bahwa kita wajib men-zakati diri baik materi ataupun sikap.
Yang mejadi pertanyaan adalah:
Apakah "PAJAK bisa MENGGANTIKAN atau di artikan sebagai ZAKAT?"
At January 21, 2009 2:56 PM ,
Anonymous said...
horeee..tulisanku tambah 1 komen huhu...
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home