RAHASIA
Monday, January 12, 2009



Indri kehilangan celoteh suaminya yang telah belasan tahun mengisi hidupnya, tak hanya menjadi pengantar tidurnya tetapi juga pertanda denyut hidupnya yang teratur. Sebelas tahun Indri mengawali ritual instirahatnya dengan memilih gaun tidur, sikat gigi, memakai krim malam dan mengatur nyala lampu temaram. Malam itu semua beku tanpa ada basa-basi. Tak ada cium, apalagi bisik-bisik mesra yang membuat malam lebur.

***
Suaminya menghilang tanpa jejak sejak dua hari lalu, Setelah beberapa tahun terakhir ini hanya punggung Indri dan Ardhi yang bertatapan. Tak bersinggungan, hanya bersisian semalaman. Seperti saling memendam gelisah dalam diam. Tak ada sapa, tak ada tanya. Buat apa bicara, bisik Indri dalam hati kalau akhirnya jadi ribut,
Namun dua hari ini Indri uring-uringan, tak ada celoteh pagi ketika cahaya matahari menembus tirai kamar. Tidurnya gelisah karena tempat tidur terasa begitu lapang. Ini sudah keterlaluan. Ardhi menghilang seperti ditelan bumi, tak seorangpun,melihat dia berkeliaran. Di rumah ini atau diluar sana, dia tak ada. Kenapa dia pergi menembus kegelapan seperti ini. Tanpa telepon genggam, tanpa tas juga pakaian cadangan.
Ruang kerjanya seperti tak tersentuh, rapi tak berantakan. Indri ingat kapan terakhir di dengarnya celoteh itu. Malam itu saat memakai krim malam, dirapikannya selimut Ardhi yang tergeletak, sambil menyesali mengapa dia tak pernah bisa melepaskan diri dari Ardhi.

***
Di kamar mandi obat kumur selalu terbuka, dan handuk tak pernah tertata rapi di tempatnya. Barang-barang kecil ini menodai hidupnya yang tertata, seperti bunyi dengkur mengusik mimpi indahnya. Terkadang, dia ingin pria itu pergi diam-diam saja, seperti bulan yang beranjak, saat dia belum terjaga. Tapi, sungguh itu hanya harapan yang pura-pura. Dia tak pernah membayangkan ini akan terjadi juga. Dia ingin Ardhi tetap ada meskipun tak dapat merengkuhnya.

***
Pagi kemarin Indri merasa aneh saat terjaga. Ada yang hilang. Ternyata Ardhi telah mengisi dan mewarnai kehidupannya.
”Masa sih kamu gak lihat apa-apa, Min?”
”Betul Bu, saya kan jaga semaleman”
”Jaga atau jaga? Bagaimana saya bisa tau kalau kamu jaga? Buktinya, Bapak keluar kamu juga gak tau.
”Itulah yang saya heran, kok bisa ya Bu?”
”Kok malah tanya saya, Katanya kamu satpam profesional?”
Indri meninggalkan Samin yang termangu.
”Kamu terus terang saja sama saya Pram!”
”Sungguh saya gak tau apa-apa Bu”
”Saya tau sesuatu yang kamu gak tahu”Indri nyaris berbisik. Diperhatikannya pemuda tanggung berambut ikal ini. Tangannya meremas-remas lap mobil yang kering dan kuyu. Indri tahu pasti ada sesuatu yang membuat mukanya tampak layu.
”Terus terang saja, apa sih yang kamu sembunyikan dari saya? Toh sata sudah tahu.”
”Maksud Ibu?”
”Kamu masih suka antar Bapak ke rumah wanita itu khan?”
”Siapa Bu?”
”Ahh kamu masih berpura-pura nggak tahu. Pasti kamu antar Bapak kesana kemarin malam”
”Saya tidur sepanjang malam, gak kelayapan, sumpah Bu”
”Sumpah-sumpah! Antar saya kerumah wanita itu nanti siang”.
”Siapa Bu” Saya betul-betul gak tau siapa yang Ibu maksud”
Indri menghampiri meja makan dengan tergesa. Semua persekongkolan ini tak biasa. Selama ini tak pernah ada yang tersembunyi dari matanya. Tak ada yang cela, karena semua tertata. Bahwa suaminya mudah tergoda oleh wanita, bukankah semua pria itu sama? Wajar kalau itu Cuma hiburan sesekali saja. Namun, menghilang tanpa jejak selama dua hari itu keterlaluan.
Indri mengunyah sarapannya. Roti bakarnya terlalu kering, jus wortel yang dibuat Bi Mimi terlalu manis..
”Mii...!
Sosok wanita separuh baya datang tergopoh-gopoh
”Kenapa jus ini diberi gula? Kenapa selalu lupa?”
Mimi mengabil gelas itu tergesa.

***
Indri mengelap sepihan roti di bibirnya yang bersepuh jingga menyala. Pagi masih muda dan rasa laparnya lenyap seketika. Kali ini siapa? Lidya, Lisa atau Myrna? Satu demi satu perselingkuhan Ardhi di endusnya, tanpa gonjang-ganjing, tanpa prahara, seperti memunguti pakaian Ardhi yang berceceran di kamarnya. Indri paham sepenuhnya bahwa pria seperti suaminya butuh cinta yang masih membara. Sesuatu yang dia tak punya.
Aku tak peduli kamu tidur dengan siapa, Mas. Asal jangan mengusik ketenangan rumah tangga, Perusahaan dan anak-anak kita.
(Sekelumit kisah prahara Indri)
posted by Embun Pagi @ 9:28 PM

9 Comments:

  • At January 12, 2009 9:51 PM , Anonymous Anonymous said...

    pssssttt!!!....rahasia lho...

     
  • At January 12, 2009 10:39 PM , Anonymous Anonymous said...

    Serapi apapun keburukan itu disimpan, pada akhirnya akan diketahui.

    Kenapa harus selingkuh? Indahnya perselingkuhan tak seberapa, tetapi meninggalkan luka yang sangat dalam.

     
  • At January 13, 2009 5:10 AM , Blogger Miss G said...

    Status quo yg menggelisahkan. Sebuah paradoks bahwa sesuatu berhenti dan bersamaan dengan itu juga terus berjalan.

    Good writing!

     
  • At January 13, 2009 6:14 AM , Anonymous Anonymous said...

    "RAHASIA" Seperti api dalam sekam yang lambat laun menjadi bencana,sampai kapan Indri mampu mempertahankan?

     
  • At January 13, 2009 10:40 AM , Anonymous Anonymous said...

    Siapa yang mendekati api, akan terasa panasnya.
    Siapa yang menyentuhnya, akan membakarnya.
    Sentuhlah embun, agar terasa.. sejuknya


    Resep bahagia, mampirlah ke tempat saya... :P

     
  • At January 14, 2009 7:59 AM , Anonymous Anonymous said...

    "trimakasih dik indri kau telah memahami hasrat kelailakianku" jawab ardhi.

    Aku tidak mengganggu keluarga kita hanya minta waktu untuk yg lain... wakakakak...

    Salam buat Ardhi ya.. he he

     
  • At January 14, 2009 12:38 PM , Anonymous Anonymous said...

    Wah ngeri juga ya kalo punya suami mudah tergoda oleh wanita seperti Ardhi ini..

    Sabar terus Indri...

     
  • At January 14, 2009 3:27 PM , Blogger Arief Firhanusa said...

    "Tak ada cium, apalagi bisik-bisik mesra yang membuat malam lebur."

    Itu ungkapan yang amat cerdas.

     
  • At January 15, 2009 8:24 AM , Anonymous Anonymous said...

    "Aku tak peduli kamu tidur dengan siapa, Mas. Asal jangan mengusik ketenangan rumah tangga, Perusahaan dan anak-anak kita."


    Salut dengan jiwa besar Indri..

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

 
My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia
Previous Posts