Fatamorgana
Friday, January 23, 2009








Dunia ini tak ubahnya sebuah panggung atau pasar yang disinggahi pasa musafir dalam perjalanan mereka. Disinilah mereka membekali diri. Selama hidup di dunia, manusia hendaklah memelihara jasad dan jiwanya. Dunia cenderung menipu dan memperdaya manusia, yang bentuknya bisa berbagai macam rupa. Misalnya, dunia berpura-pura seakan-akan ia akan selalu tinggal bersamamu, padahal kenyataanya, secara perlahan ia bakal pergi menjahimu dan berpisah darimu, layaknya suatu bayangan yang tampak, tetapi kenyataannya selalu bergerak.

Dunia ini seperti sebuah meja yang terhampar bagi tamu-tamu yang datang dan pergi silih berganti, dunia menyediakan piring-piring emas dan perak, makanan dan wewangian berlimpah. Tamu yang bijaksana makan sesuai kebutuhannya, meghirup wewangian, berterimakasih kepada tuan rumah, lalu pergi. Sebaliknya tamu yang kurang berilmu,, mencoba membawa beberapa piring emas dan perak hanya untuk direnggut kembali dari tangannya sehingga akhirnya dicampakkan dalam keadaan hina dan malu.

Mencoba menutup gambaran tentang sifat dunia yang penuh dengan tipu daya ini dengan sebuah tamsil pendek dibawah ini

Ada sebuah kapal yang hendak berlabuh di sebuah pulau berhutan lebat. Kapten kapal berkata kepada para penumpang bahwa ia akan berlabuh selama beberapa jamm dan mereka boleh berjalan-jalan di pantai, tetapi jangan terlalu lama. Akhirnya, para penumpang turun dan berjalan ke berbagai arah. Kelompok penumpang yang bijaksana akan segera kembali setelah berjalan-jalan sebentar dan mendapati kapal itu kosong sehingga mereka dapat memilih tempat yang paling nyaman.

Ada pula penumpang yang berjalan-jalan lebih lama di pulau itu, mengagumi dedaunan, pepohonan dan mendengarkan nyanyian burung. Saat kembali ke kapal, teryata tempat yang paling nyama telah terisi sehingga terpaksa diam di tempat yang kurang nyaman. Sementara kelompok yang lainnya berjalan-jalan lebih jauh dan lebih lama, mereka menemukan bebatuan yang sangat indah, lalu membawanya ke kapal.

Namun mereka terpaksa mendekam di bagian bawah kapal, batu-batu yang mereka bawa jadi sirna keindahannya justru menambah ketikdak nyamanan mereka. Kelompok penumpang yang lain berjalan-jalan begitu jauh sehingga suara kapten yang menyeru mereka untuk kembali, tak terdengar lagi. Akhirnya kapal tersebut berlayar tanpa mereka. Mereka terlunta-lunta di pulau itu tanpa harapan dan akhirnya mati kelaparan atau dimangsa binatang buas.

Meskipun telah banyak bicara tentang bahaya dunia, perlu diingat bahwa ada beberapa hal di dunia yang tak layak dicela, seperti ilmu dan amal baik. Ilmu dan amal baik hanya dibawa seseorang ke akherat dan mempengaruhi nasib serta keadaannya disana. Terlebih lagi amal yang dibawa adalah amal ibadah yang membuatnya selalu mengingat dan mencintai Allah SWT. Semua itu adalah segala yang baik dan abadi....

posted by Embun Pagi @ 9:29 PM

7 Comments:

  • At January 24, 2009 6:55 AM , Anonymous Anonymous said...

    Tulisan yang menyentuh, membuka mata hati saya untuk segera bermuhasabah...saya dapat satu hikmah lagi dari blog ini...bahwa akherat lebih kekal.. salam

     
  • At January 24, 2009 7:13 AM , Anonymous Anonymous said...

    Semoga tidak terjerembab oleh kemilau piring2 emas dan perak serta terbius oleh wewangian dunia... karena semua itu hanya fatamorgana...

    Tulisannya bagus..terus semangat ya Tyas..

     
  • At January 24, 2009 1:12 PM , Anonymous Anonymous said...

    yang ada didunia akan cepat hilang, da di akherat sebagai tempat balasan.
    Segala perhiasan dunia yang telah teraih.. kemudia ada kerinduan perhiasan akhirat yang abadi dan itu adalah yang terbaik.

    Tyas tulisan ini mengajak kita untuk pandai2 memilih .. karena hamparan kenikmatan yang menipu ada di depan kita..

    barakallah adikku...

     
  • At January 24, 2009 2:14 PM , Anonymous Anonymous said...

    "Dunia cenderung menipu dan memperdaya manusia, yang bentuknya bisa berbagai macam rupa"

    Rahmah Allah atas seluruh makhluk, Berkah Allah untuk orang2 tertentu. Maka jadilah manusia yang dipilih Allah.

    Manusia banyak silau oleh rahmah tanpa memikirkan berkah.

     
  • At January 24, 2009 2:14 PM , Blogger Miss G said...

    Dunia ini tak ubahnya sebuah panggung..

    Malah jadi ingin nyanyi, karena waktu itu nonton Kick Andy yg menampilkan God Bless, dan dengan mantap mereka (yg sudah kakek2!) menyanyikan lagu Panggung Sandiwara

    Lirik: Taufik Ismail
    Musik: Ian Antono

    Dunia Ini Panggung Sandiwara
    Ceritanya Mudah Berubah
    Kisah Mahabrata Atau Tragedi Dari Yunani
    Setiap Kita Dapat Satu Peranan
    Yang Harus Kita Mainkan
    Ada Peran Wajar Dan Ada Peran Berpura-pura

    Mengapa Kita Bersandiwara
    Mengapa Kita Bersandiwara

    Peran Yang Kocak Bikin Kita Terbahak-bahak
    Peran Bercinta Bikin Orang Mabuk Kepayang
    Dunia Ini Penuh Peranan
    Dunia Ini Bagaikan Jembatan Kehidupan

    Mengapa Kita Bersandiwara
    Mengapa Kita Bersandiwara

    Dunia mmg ga selalu indah, tapi jgn terlalu takut juga hidup di dalamnya sebab disitulah seni hidup, kadang menangis, kadang tertawa, ada panas ada hujan, ada musim panen, ada musim paceklik. Namanya juga hidup. Kalau mau hidup dalam aman dan nyaman malah menciptakan utopia, dan akhirnya hidup dalam menara gading, padahal... tak ada gading yg tak retak.. (^^,)

     
  • At January 24, 2009 7:20 PM , Anonymous Anonymous said...

    Thanks for all yang telah berkenan mampir dan memberi komentar,bukan sebagai tolok ukur bagus tidaknya tulisan saya.. tetapi itu adalah support buat saya, dan itu membahagiakan..special thanks utk Mas Nuga, Mbak Amalia, Mbak Gratcia.."selamat datang kembali" ke dunia blog Mbak -G-...

     
  • At January 30, 2009 8:53 PM , Anonymous Anonymous said...

    Sepakat kehidupan di dunia adalah fatamorgana. saya sangat suka mbak posting artikel kayak gini. Menarik untuk dibaca.

    Dunia oh Dunia, apa yang kamu bisa banggakan di dunia ini...

    Tiada yang patut kita sombongkan karena semua ini takkan abadi...

     

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

 
My Photo
Name:
Location: Jakarta, Indonesia
Previous Posts