Bias Embun Pagi

Muhasabah Dan Dzikir
Saturday, January 31, 2009 | 9 Comments
....................
Muhasabah” pengertian harafiahnya adalah memperhitungkan (instropeksi) terhadap diri umur serta amal perbuatan sehingga melahirkan pemikiran yang jernih. Seperti bunyi Hadist dibawah ini :
Hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihisab, timbang-timbanglah amalmu sebelum kamu ditimbang di hari kiamat (Hadist Riwayat Thurmudzi)

Siapa saja melakukan keburukan atau kebaikan meski hanya seberat biji sawi, pasti ia akan mendapati balasannya. Pada hari perhitungan nanti setiap orang akan melihat seluruh episode hidupnya berderet rapi di lemari perbendaharaan amal.

Ketika pintu pertama terbuka, cahaya terang memancar darinya, artinya episode kehidupan itu dihabiskan dalam kebaikan, hatinya akan dipenuhi dengan kegembiraan sedemikian besar. Pintu kedua yang nampak hanya kegelapan dan pancaran bau yang teramat busuk, yang memaksa setiap orang, menutup hidung. Itu berari ia menghabiskan episode itu dalam kemaksiatan. Ia akan merasakan teramat besar, yang sedikit saja darinya mampu membuat para penghuni surga gelisah dan memohon rahmat.

Pintu lemari ketiga dibuka, di dalamnya tampak kosong, tak ada cahaya tak ada pula kegelapan.Ini mencerminkan saat-saat yang tidak dipakai untuk kebaikan maupun keburukan. Ia akan sangat menyesal dan kebingungan, laksana orang punya banyak harta tetapi menyia-nyiakan atau lepas begitu saja.

Begitulah, seluruh episode kehidupan manusia akan ditampilkan satu demi satu di hadapan-Nya. Karenanya setiap orang mesti berkata kepada jiwanya di setiap pagi ” Allah telah memberi nafas hidup dua puluh empat jam”. Rasullullah SAW bersabda ”Kebahagiaan hanya bagi orang yang melakukan sesuatu yang akan memberinya keuntungan di akherat”

Orang yang ber-dzikir adalah orang yang selalu ingat bahwa Allah mengamati seluruh tindakan dan pikirannya. Manusia hanya mampu melihat yang nampak, sementara Allah SWT melihat yang tak nampak dan tersembunyi. Karenannya orang yang mempercayai pengawasan Allah atas dirinya pasti bisa melatih diri dan juga batinnya sekaligus.

Namun sebagaian besar manusia bersifat lalai dan tidak pernah ntuk bermuhasabah. Jika setiap dosa yang dilakukan dianggap sebagai sebutir batu yang ditempatkan di sebuah rumah kosong, niscaya rumah itu akan segera dipenuhi batu. Dan jika malaikat pencatat menuntut upah atas tugas menuliskan dosa-dosa manusia, tentu manusia akan bangkrut. Begitu banyak orang yang merasa puas menghitung biji tasbih setiap kali menyebut nama Allah, tetapi tak punya tasbih untuk menghitung ucapan-ucapan sia-sia yang tak terbilang banyaknya.

Di hari perhitungan, setiap tindakan akan dipertanyakan: mengapa? bagaimana, dan apa tujuan tindakan itu? Pertanyaan pertama diajukan karena setiap orang semestinya bertindak berdasakan dorongan Illahi, bukan dorongan setan atau jasad semata. Pernahkah kita bertanya pada diri, ”apa yang telah kita lakukan sepanjang hari?”. Sehingga kita tau apakah kita beruntung atau merugi.

Seorang yang bijak pasti akan melakukan muhasabah setiap pagi setelah shalat subuh dan berkata kepada jiwanya, ”Wahai jiwaku” tujuan hidupmu hanya satu. Meski sedetik, saat yang telah lewat takkan bisa dikembalikan karena dalam perbendaharaan Allah bagian nafasmu sudah ditentukan, tak bisa ditambah atau dikurangi. Saat kehidupan telah berakhir, tak ada lagi laku batin yang dapat kaujalani. Karena itu apa yang bisa kau kerjakan, kerjakanlah sekarang.
...................
posted by Embun Pagi @ 9:50 PM
 
Menjadi Pendengar Yang Baik
Friday, January 30, 2009 | 43 Comments
................
.................................................................................................................
Meski kita telah dianugerahi indera pendengaran yang prima oleh Yang Maha Kuasa, namun tidak semua orang tahu bagaimana menjadi "pendengar" yang baik. Kurang konsentrasi dan sibuk sendiri biasanya menjadi penyebab mengapa kegiatan mendengar sering dilakukan dengan sambil lalu. Akibatnya, selain bisa terjadi kesalahpahaman karena kita kurang menyimak isi pembicaraan, juga akan terkesan kurang menghargai lawan bicara. Sebenarnya tidak terlalu sulit menunjukkan bahwa kita menghargai dan respek terhadap lawan bicara, caranya tentu saja dengan mendengarkan.

Betapa sibuknya hidup ini, betapa banyaknya urusan yang harus diselesaikan dan berlomba-lomba minta perhatian. Salah satu cara untuk menciptakan ketenangan di tengah banyaknya masalah adalah dengan menarik nafas panjang dan berusaha rileks. Menarik nafas bisa meningkatkan kadar oksigen di otak sehingga kita bisa mendengar apa yang sedang diucapkan lawan bicara dengan jelas.

Seringkali ketika kita mendengarkan curhat teman atau uraian yang disampaikan dalam rapat, mata dan pikiran kita pun kadang berkelana entah kemana. Tak heran bila apa yang disampaikan hanya sebagian saja yang "nyangkut" dalam ingatan. Sedapat mungkin kita pusatkan perhatian pada lawan bicara sebagai salah satu bentuk komunikasi non verbal. Karena kita bukan cuma akan mendengar apa yang dikatakan, tapi juga memahami maksud yang disampaikan.

Ketika orang lain mengatakan sesuatu yang menarik perhatian, terlebih mengkritik, Kita spontan akan menginterupsi. Kita harus bisa menahan keinginan ini dan biarkan lawan bicara menuntaskan ucapannya. Siapa tahu, kita justru bisa memahami maksudnya. Terutama mengapa ia mengkritik, setelah kita memberinya kesempatan melontarkan isi hatinya sampai tuntas, karena diem itu emas

Hendaknya jangan terburu-buru menyimpulkan maksud lawan bicara, karena hal ini bisa menyesatkan. Sebelum menyimpulkan apa yang kita dengar, ada baiknya kita pikirkan sejenak apakah yang kita tangkap sama dengan maksud lawan bicara. Karena terkadang sesuatu yang kita pahami hanya berdasarkan pada asumsi yang sifatnya subyektif. Kembangkan sisi empati kita agar tidak tercebur pada kesalahpahaman.

Pendengar yang baik akan memberikan feedback atau komentar pada saat yang tepat. Hindari memberi feedback yang sifatnya menghakimi, terutama bila topik yang kita dengarkan adalah hal yang sifatnya pribadi dan emosional. Bila ingin komentar, komentarlah yang netral seperti, "ya saya mengerti". Komentar semacam ini memberi kesan bahwa kita mendengarkan dan membuat lawan bicara lebih yakin untuk melanjutkan.
Jadilah pendengar yang proaktif. Jangan cuma menunggu orang lain datang dan mencurahkan perasaannya. Tunjukkan perhatian dengan menanyakan kabar terbaru dari teman, rekan kerja, atau kakak-adik kita. Dengan bersikap proaktif, nilai kita sebagai sahabat yang baik akan bertambah.
...
posted by Embun Pagi @ 10:35 PM
 
Sahibul Hikayat (Si Tukang Cerite)
Thursday, January 29, 2009 | 9 Comments
.










.......
.......
Siapa suruh datang Jakarta….

Sepenggal syair diatas diambil dari sebuah lagu yang pernah popular pada tahun 1970 – 1980 an. Lagu itu menggambarkan betapa sulit dan kerasnya hidup di Jakarta bagi para pendatang. Sampai ada pameo ”ibukota lebih kejam daripada ibu tiri”. Warga Jakarta yang asli maupun pendatang, sebenarnya telah lama menghadapi kerasnya hidup. Sejak zaman penjajahan, tantangan berat itu telah mereka hadapi.

Orang betawi biasa merefleksikan kepedihan hidupnya lewat humor. Tak heran bila humor kemudian menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Betawi. Sulit membayangkan orang betawi hidup seperti filosof Yunani socrates, berwajah angker dengan dahi mengkerut dalam posisi menopang dagunya. Orang Betawi sulit memisahkan humor dari kehidupannya. Refleksi dari rasa humor itu terlihat dalam lakon lenong dan topeng betawi.

Masih banyak lagi seni dan budaya Betawi yang sarat dengan humor. Salah satunya adalah Sahibul Hikayat alias pendongeng. Budaya betawi tempo doloe ini lahir dari pengaruh Persi dan timur Tengah. Tidak heran jika H. Sofyan Ja’it (si empunya cerita) salam acara membawakan kisah mirip 1001 malam.

Dalam hidup sulit seperti sekarang ini, mendengarkan sahibul hikayat bisa mengendorkan urat syaraf yang tegang. Budaya yang hanpir punah ini, mulai dihidupkan kembali oleh Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Sebuah radio swasta yang juga ikut mengangkat kisah sahibul hikayat yang dibawakan oleh Sofyan Ja’it.

Pria kelahiran Kebon Pala tanah Abang, Jakarta Pusat itu mewarisi bakat ayahnya, H. Muhammad Ja’it. Ayahnya meninggal tahun 1970, setelah sejak tahun 1946 menjadi tukang cerita kesohor seantero Betawi. Waktu itu boleh dikata tiap acara hajatan di Jakarta menghadirkannya. Dalam membawakan sahibul hikayat, ia duduk bersila di tikar mulai pukul 21:00 WIB

Berikut ini cuplikan kisah yang sering dibawakan H. Sofyan Ja’it
***

Seorang raja di negeri Sarkistan memiliki putri bernama Harsani. Kecantikannya kesohor ke antero negeri. Harsani memiliki hidung mancung serudang, leher jenjang semarang, rambut mayang terurai. Pipih bak pauh di layang. Tidak heran bila banyak anak raja tergila-gila. Sayangnya, entah karena apa lamaran ini selalu ditolak raja dan permaisurinya.

Suatu ketika puteri semata wayang raja Sarkistan itu menderita sakit. Makin hari makin parah. Berbagai tabib di datangkan, tapi tidak berhasil menyembuhkan sang puteri. Maka raja pun membuat sayembara. ”Barangsiapa dapat menyembuhkan putri Harsani, bakal diangkat jadi menantu raja dan menjadi pewaris Kerajaan Sarkistan”

Beberapa anak raja yang dulu ditolak lamarannya, kini melihat peluang baru dan mendaftarkan diri. Sayangnya mereka gagal menyembuhkan sang putri. Akhirnya ada seorang tukang kacang mencoba peruntungannya. Dasar nasib baik, ia berhasil menyembuhkan sang putri.

Karuan saja rakyat Sarkistan geger karena raja punya mantu tukang kacang. ”Rasain lu. Sombong sih milih-milih mantu. Anak raje aje ditolak, sekarang dapat tukang kacang” celotehan mereka. Dimana-mana tidak lain ngomongin mantu raja si tukang kacang. Gosip yang meluas ini akhirnya dilaporkan wazir pada raja.

Raja menjadi sangat marah, kemudian langsung membuat pengumuman ke seluruh negeri. ”Mulai saat ini tidak boleh ada yang menyebut kata kacang. Yang berani nyebut kacang akan digantung di alun-alun” begitu kata sang raja. Untuk mengamankan SK nya, raja menyebar para hulu-balangnya ke pelosok kerajaan. Guna memata-matai dan mendengar siapa yang berani menyebut kacang untuk dipenggal kepalanya tanpa diadili. Takut hukuman kelewat berat, tidak satupun rakyat berani nyebut kacang.

Suatu saat di perempatan jalan ada seorang pemuda iseng sengaja menunggu tukang kacang lewat. Tidak seperti pedagang lainnya, pedagang kacang ni berjalan lesu dan tidak meneriakkan isi dagangannya. ”Hei bang, dagang apaan tuh,” tanya si pemuda. ”Gue tau lu mau jebak gue. Lu lihat sendiri aje gue dagang ape. Coba berani lu nyebut, kepala lu bisa hilang” jawab tukang kacang ketus.

Sementara para hulubalang yang ngumpet diatas pohon dan semak-semak mengikuti percakapan ini sudah siap. ”Begitu lu nyebut kacang, gue bakalan tegreb (tubruk) dan leher lu langsung hilang” pikir hulubalang dalam hati. Akhirnya raja sendiri yang menyebut kacang. Saat memarahi menantunya ia mengomel, ”dasar tukang kacang lu”. Sayang, raja kalis dari hukuman kendati dia sendiri yang melanggarnya.

Bukankah sekarang ini yang banyak melanggar peraturan justru di tingkat pemimpin. Seperti Raja Sarkistan, mereka juga kebal terhadap hukum.
..
posted by Embun Pagi @ 8:42 PM
 
Merangkai Serat Hati
Tuesday, January 27, 2009 | 8 Comments
.
Kemarin ada arti dan seribu misteri
Apa yang telah terjadi dan ku jalani
Tentang harapan dan kenyataan hidup ini
Yang penuh dengan rangkaian teka-teki
Tetapi kuterus menelusuri setiap sisi
Apakah makna yang tersimpan dari semua ini

Mencoba menganyam jiwa yang luka
Dan merangkai serat-serat hati
Melukiskan bayang-bayang kerinduanku pada-Mu
Yang basah dengan derai air mata

Bagaimana kita hendak meratapi dunia
Sedang manusia senantia berdansa
Di atas panggung kepalsuannya
Indahnya laksana intan permata
Tetapi di langit ada dzikir dan berita
Di bumi ada fakir dan cerita

Lalu kubentang sajadah,dan kutundukkan wajah
Ketika dzikir mulai di dendangkan
Seolah pintu dan jendela hatiku
Terkuak lega di terpa pancaran
Bagai kilat di malam hari
Lenyapkan segala resahnya hati ini
Itulah kesejukan dinihari
Yang mampu gigilkan manusia
Menjelang subuh tiba..
.
posted by Embun Pagi @ 8:24 PM
 
Fatamorgana
Friday, January 23, 2009 | 7 Comments








Dunia ini tak ubahnya sebuah panggung atau pasar yang disinggahi pasa musafir dalam perjalanan mereka. Disinilah mereka membekali diri. Selama hidup di dunia, manusia hendaklah memelihara jasad dan jiwanya. Dunia cenderung menipu dan memperdaya manusia, yang bentuknya bisa berbagai macam rupa. Misalnya, dunia berpura-pura seakan-akan ia akan selalu tinggal bersamamu, padahal kenyataanya, secara perlahan ia bakal pergi menjahimu dan berpisah darimu, layaknya suatu bayangan yang tampak, tetapi kenyataannya selalu bergerak.

Dunia ini seperti sebuah meja yang terhampar bagi tamu-tamu yang datang dan pergi silih berganti, dunia menyediakan piring-piring emas dan perak, makanan dan wewangian berlimpah. Tamu yang bijaksana makan sesuai kebutuhannya, meghirup wewangian, berterimakasih kepada tuan rumah, lalu pergi. Sebaliknya tamu yang kurang berilmu,, mencoba membawa beberapa piring emas dan perak hanya untuk direnggut kembali dari tangannya sehingga akhirnya dicampakkan dalam keadaan hina dan malu.

Mencoba menutup gambaran tentang sifat dunia yang penuh dengan tipu daya ini dengan sebuah tamsil pendek dibawah ini

Ada sebuah kapal yang hendak berlabuh di sebuah pulau berhutan lebat. Kapten kapal berkata kepada para penumpang bahwa ia akan berlabuh selama beberapa jamm dan mereka boleh berjalan-jalan di pantai, tetapi jangan terlalu lama. Akhirnya, para penumpang turun dan berjalan ke berbagai arah. Kelompok penumpang yang bijaksana akan segera kembali setelah berjalan-jalan sebentar dan mendapati kapal itu kosong sehingga mereka dapat memilih tempat yang paling nyaman.

Ada pula penumpang yang berjalan-jalan lebih lama di pulau itu, mengagumi dedaunan, pepohonan dan mendengarkan nyanyian burung. Saat kembali ke kapal, teryata tempat yang paling nyama telah terisi sehingga terpaksa diam di tempat yang kurang nyaman. Sementara kelompok yang lainnya berjalan-jalan lebih jauh dan lebih lama, mereka menemukan bebatuan yang sangat indah, lalu membawanya ke kapal.

Namun mereka terpaksa mendekam di bagian bawah kapal, batu-batu yang mereka bawa jadi sirna keindahannya justru menambah ketikdak nyamanan mereka. Kelompok penumpang yang lain berjalan-jalan begitu jauh sehingga suara kapten yang menyeru mereka untuk kembali, tak terdengar lagi. Akhirnya kapal tersebut berlayar tanpa mereka. Mereka terlunta-lunta di pulau itu tanpa harapan dan akhirnya mati kelaparan atau dimangsa binatang buas.

Meskipun telah banyak bicara tentang bahaya dunia, perlu diingat bahwa ada beberapa hal di dunia yang tak layak dicela, seperti ilmu dan amal baik. Ilmu dan amal baik hanya dibawa seseorang ke akherat dan mempengaruhi nasib serta keadaannya disana. Terlebih lagi amal yang dibawa adalah amal ibadah yang membuatnya selalu mengingat dan mencintai Allah SWT. Semua itu adalah segala yang baik dan abadi....

posted by Embun Pagi @ 9:29 PM
 
The Faith Factor
Tuesday, January 20, 2009 | 7 Comments
.


Saya pernah membaca cerita tentang seorang atheis jatuh dari tebing yang sangat curam. Ia meluncur kebawah dan tersangkut pada pohon kecil. Disana ia tergantung antara langit diatas dan pada seribu kaki dibawah. Sekonyong-konyong ia menemukan gagasan. ”Tuhan!” serunya dengan sekuat tenaga. Diam. Tak ada yang menjawab.
”Tuhan” teriaknya lagi ”kalau engkau memang ada, tolonglah aku, dan aku berjanji, akan percaya pada-Mu dan mengajak orang lain percaya” Diam lagi. Namun, tiba-tiba ia mendengar suara dashyat mengguntur di tengah jurang. ”Itu kata mereka semua, kalau ada dalam bahaya”
”Tidak Tuhan, tidak!” teriaknya, harapannya mulai muncul. ”Aku tak seperti mereka. Aku sudah percaya, karena mendengar suara-Mu sendiri. Sekarang tolong selamatkan aku dan aku akan menyebarkan nama-Mu ke seluruh dunia.”
”Baiklah” kata suara itu, ”Aku akan menyelamatkanmu. Sekarang, lepaskanlah cabang itu. ”Lepaskan cabang?” teriak orang itu kalap” ”Kau kira aku gila”
Bisa dibayangkan, apabila kita yang menjadi orang dalam cerita diatas, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita sepenuhnya rasional? Ataukah kita masih menyediakan satu ruang untuk sesuatu yang bernama keyakinan.
***
Keyakinan memang beda dari rasionalitas, dalam rasionalitas dibutuhkan bukti-bukti empiris terlebih dahulu. Asumsinya adalah ketidak percayaan. Sesuatu tidak dapat dipercaya kecuali kalau terbukti benar. Namun betapapun rasionalnya kita, didasari atau tidak selalu memberi tempat pada keyakinan.

Kekuatan keyakinan merupakan sumber energi yang luar biasa. Inti dari keyakinan adalah kita mampu melakukan apapun yang kita inginkan atau menyelesaikan masalah apapun yang kita hadapi. Sebagai manusia kita memang diciptakan dengan kemampuan seperti itu. Keyakinan sebenarnya adalah energi yang terus mendorong kita untuk berhasil, dan dengan keyakinan pula kita dapa melihat cahaya terang dan pencapaian di ujung perjalanan kita.

Keyakinan juga akan membunuh musuh terbesar (rasa takut). Rasa takut ini sering menggerogoti energy, merusak pikiran dan membuat kita senantiasa dibayangi kegagalan.

Faith Factor adalah keyakinan bahwa semua jawaban persoalan kita ada di dalam diri kita sendiri. Di dalam jiwa kita terdapat sesuatu kekuatan dari Yang Maha tinggi, yang merupakan sumber dari segala sumber energy.

.
posted by Embun Pagi @ 10:19 PM
 
Salafussholih : Syekh Idris
Sunday, January 18, 2009 | 3 Comments

Tadi siang kami mengurus NPWP. Mengikuti anjuran negara bahwa mulai sekarang, manusia perlu “dipajeki”. Dan setelah terombang-ambing di tiga kantor pajak. Atas izin Allah kami terdampar di Masjid Agung Kauman dalam sebuah sholat Jumat yang amat mengesankan. Ada shalat ghaib untuk saudara-saudara muslim Palestina plus doa Qunut……….(lupa namanya). Dan…..Barakallah untuk Bapak khatib. Begini isi khotbahnya :
**

Suatu ketika seorang pemuda bernama Idris. Beliau sedang berada di pinggiran sungai, dilihatnya sebutir apel yang hanyut di sungai itu. Kemudian diambilnya, lalu dimakannya apel itu. Sedang asyiknya makan, tiba-tiba dia terhenyak berpikir. Buah apel itu pastilah ada pemiliknya, dan dia telah memakan sesuatu yang bukan menjadi haknya. Timbul di hatinya sebuah penyesalan, segera pemuda Idris itu menyusuri sungai, melakukan perjalanan, guna mencari siapa gerangan pemilik buah itu.

Sampailah beliau di sebuah perkebunan apel, dan diyakini bahwa buah yang dimakannya adalah sejenis dengan yang ada di kebun itu. Maka dicarilah sang pemilik kebun. Setelah berketemu, Idris pun meminta maaf dan meminta keridhaan sang pemilik, atas buah apel yang hanyut dan telah dimakannya tadi. Pemilik kebun kaya nan bijak, berkenan memaafkan si Idris. Tapi dengan sebuah syarat. Yaitu dia harus mau menikahi puterinya. Yang mana tidak pernah dia sangka, bahwa puterinya itu adalah seorang yang buta, bisu, dan juga…tuli.

Karena begitu istiqomahnya sang Idris, diapun menyetujui. Dan kemudian merekapun menikah. Setelah muhrim, Idris dapat menyaksikan hal-ihwal tentang istrinya tersebut. Betapa herannya, ternyata istrinya tidak bisu, tidak buta, dan juga tidak tuli. Matanya melihatnya, telinganya mendengar dan mulutnya membalas salamnya. Bimbang hatinya, jangan-jangan keliru bahwa itu bukanlah istrinya. Idris pun bertanya kepada sang mertua.

Dijelaskan bahwa, puterinya tuli, karena tidak pernah mendengar kata-kata nista. Puterinya buta karena tidak pernah melihat hal-hal maksiat. Puterinya bisu karena tidak pernah berkata-kata kotor dan keji. Maka bersyukurlah mereka menjalani mahligai rumah tangga dalam keridhaan Ilahi. Dan kelak dari perkawinan mereka, lahirlah seorang yang amat mulia, yaitu Imam Syafii dengan madzab Syafii-nya.
**

(Mewakili Sang Khatib)
Hadirin yang dimuliakan Allah….
Demikianlah jika seseorang yang sangat menjaga, dari apa-apa yang dia makan. Komitmen dalam mencari yang halal dan meninggalkan yang haram. Menafkahi keluarganya dengan harta yang halal. Akan menghasilkan manusia-manusia unggulan yang berakhlak mulia.
.
Hadirin yang dimuliakan Allah….
Kita harus sangat prihatin, atas apa yang terjadi di negeri kita. Prestasi dunia yang gemilang dalam hal perkorupsian. Penyelewengan jabatan, krisis akhlak, krisis moral, KKN dll. Generasi muda penerus bangsa yang kian amburadul moralnya. Semakin tinggi pendidikannya justru makin rendah akhlaknya. Kebodohan demi kebodohan kian ber-simerajalela. Nauzubillah.
Oleh karena itu hadirin, marilah kita jaga iman dan taqwa kita. Sadarkan diri kita, sadarkan keluarga kita, sadarkan saudara-saudara kita. Bernasihatlah dalam kebenaran, dan bernasihatlah dengan penuh kesabaran.

posted By : Nuga
(izin pemasangan / posting, terlampir)

.

posted by Embun Pagi @ 1:03 PM
 
MUNAJAT QALBU
Saturday, January 17, 2009 | 18 Comments



Jangan biarkan aku dalam keraguan
Tak ingin terkurung dalam teka teki takdir-Mu
Pikiranku lepas terperangkap mangu
Yang selalu berkecamuk di dalam kalbu
Aku malu dan takut kepada-Mu
Ada angan-angan yang terpendam
Menyelinap dalam haru biru

Bagai musafir yang sedang lelah
Saat memanjat gunung-gunung Arafah
Dan Bagai musafir yang sedang resah
Lalu iktiar membalut luka dalam jiwanya
Dengan cucuran air mata bermunajat duka cita
Kubiarkan semua menguap ke seluruh penjuru
Yang hanya tersapu dalam kelebat waktu
Sambil tengadah memanggil nama-Mu

Ku yakin wujud-Mu ada dalam setiap langkahku
Wujud yang tidak terlukis dalam bingkai kenyataan
Tetapi selalu hadir dan menjaga alam semesta
Dan di dalam jiwa setiap yang bernyawa
Yang punya tempat duduk dalam hati nurani kaum sufi
Yang meliputi langit, bumi dan segala penciptaan-Mu
Kupanjati tangga-tangga untuk menjalankan perintah-Mu

Kan ku nyalakan lilin takbir dalam relung hatiku
Lalu ku tiupkan tahmid dalam detak jantungku
Untuk menyambut kehadiran-Mu di setiap saat dan waktu
Tuk tenangkan pikiranku yang selama ini menjelajah
Diantara tebing-tebing langit dan bumi
Biar tentram dan damai perasaanku
Untuk menunggu keputusan-Mu


posted by Embun Pagi @ 12:06 AM
 
LILIN PENEBAR CAHAYA
Wednesday, January 14, 2009 | 5 Comments




"Better to light a candle than to curse the darkness". Yang artinya kurang lebih adalah Lebih baik menyalakan lilin daripada menyumpahi kegelapan. Ungkapan bijak dari China ini adalah metafor spiritual sekaligus kearifan dalam dunia materi.

Lilin juga merupakan refleksi seni dan perilaku. Berbagai upacara ritual, karnaval, festival, dan kegiatan menggunakan lilin yang dinyalakan sebagai simbol harapan.

Lilin dalam bahasa Inggris, candle berasal dari bahasa Latin candere artinya menerangi. Lilin merupakan salah satu sumber cahaya. Di dunia materi, cahaya adalah penerang kegelapan. Menurut Erica Sudarsono pakar spiritualitas, konon lilin dapat juga menjadi sarana penyembuhan, (Candle healing) pemahaman "sakit" tidak sederhana. Kadang penyakit yang sudah sembuh secara medis, berulang kambuh karena seseorang tak menyadari tumpukan trauma di bawah sadar. Candle healing merupakan sarana penyembuhan menuju keseimbangan fisik, pikiran, dan jiwa yang dimulai dengan pelepasan trauma.

Untuk itu, pertama-tama seseorang harus dapat memaafkan, mengikhlaskan, atau letting go peristiwa yang menyakitkan dalam hidupnya. Namun, hal itu tak selesai dengan ucapan, "Saya sudah memaafkan". Prosesnya panjang, berlangsung di dalam diri yang harus digali melalui berbagai pembelajaran seiring perjalanan waktu.

Ketika seseorang menyadari bahwa hidup hendaklah belajar seperti lilin, yang selalu menebarkan cahaya, meski tidak seberapa namun cahaya lilin namun cukup menerangi yang gelap. Dan pada akhirnya mati karena habis terbakar, setidaknya lilin tersebut telah mengorbankan dirinya demi memberi terang dalam kehidupan.Tetapi itulah wujud ikhlas. Oleh karena itu Harus dilatih dan terus berlatih.

Dengan memaafkan orang lain, berarti kita memaafkan diri sendiri. Membutuhkan kesadaran penuh ketika seseorang menjalani hidup. Tetapi, justru itu yang tersulit karena kesadaran tak bisa dideskripsikan, apalagi di ceramahkan. Pembelajarannya berlangsung sepanjang hidup. Hanya orang yang mengalami dapat menengarai sampai tahap di mana ia dapat mencapainya, dan itu tercermin dari perilaku hidup sehari-hari.

Seluruh pembelajaran bersifat sangat personal. Nilai hidup yang didapat dari pengasahan, pengasuhan dan pengasihan. Asah, asih serta asuh ini suatu proses yang berlangsung terus-menerus .

Seseorang harus membersihkan diri, yang mencakup kepasrahan total kepada Yang Memberi Hidup. Pasrah bukan menyerah. Pasrah adalah tindakan aktif, ada ketekunan ada ketangguhan. Titik akhirnya adalah penyerahan total serta kepasrahan dan keikhlasan. Pada saat itulah tubuh kita sendiri bisa menyembuhkan. Karena pada akhirnya orang harus menemukan sendiri
.

Kata pepatah, ada dua cara menebar cahaya: menjadi lilin atau cermin.
posted by Embun Pagi @ 8:22 PM
 
RAHASIA
Monday, January 12, 2009 | 9 Comments



Indri kehilangan celoteh suaminya yang telah belasan tahun mengisi hidupnya, tak hanya menjadi pengantar tidurnya tetapi juga pertanda denyut hidupnya yang teratur. Sebelas tahun Indri mengawali ritual instirahatnya dengan memilih gaun tidur, sikat gigi, memakai krim malam dan mengatur nyala lampu temaram. Malam itu semua beku tanpa ada basa-basi. Tak ada cium, apalagi bisik-bisik mesra yang membuat malam lebur.

***
Suaminya menghilang tanpa jejak sejak dua hari lalu, Setelah beberapa tahun terakhir ini hanya punggung Indri dan Ardhi yang bertatapan. Tak bersinggungan, hanya bersisian semalaman. Seperti saling memendam gelisah dalam diam. Tak ada sapa, tak ada tanya. Buat apa bicara, bisik Indri dalam hati kalau akhirnya jadi ribut,
Namun dua hari ini Indri uring-uringan, tak ada celoteh pagi ketika cahaya matahari menembus tirai kamar. Tidurnya gelisah karena tempat tidur terasa begitu lapang. Ini sudah keterlaluan. Ardhi menghilang seperti ditelan bumi, tak seorangpun,melihat dia berkeliaran. Di rumah ini atau diluar sana, dia tak ada. Kenapa dia pergi menembus kegelapan seperti ini. Tanpa telepon genggam, tanpa tas juga pakaian cadangan.
Ruang kerjanya seperti tak tersentuh, rapi tak berantakan. Indri ingat kapan terakhir di dengarnya celoteh itu. Malam itu saat memakai krim malam, dirapikannya selimut Ardhi yang tergeletak, sambil menyesali mengapa dia tak pernah bisa melepaskan diri dari Ardhi.

***
Di kamar mandi obat kumur selalu terbuka, dan handuk tak pernah tertata rapi di tempatnya. Barang-barang kecil ini menodai hidupnya yang tertata, seperti bunyi dengkur mengusik mimpi indahnya. Terkadang, dia ingin pria itu pergi diam-diam saja, seperti bulan yang beranjak, saat dia belum terjaga. Tapi, sungguh itu hanya harapan yang pura-pura. Dia tak pernah membayangkan ini akan terjadi juga. Dia ingin Ardhi tetap ada meskipun tak dapat merengkuhnya.

***
Pagi kemarin Indri merasa aneh saat terjaga. Ada yang hilang. Ternyata Ardhi telah mengisi dan mewarnai kehidupannya.
”Masa sih kamu gak lihat apa-apa, Min?”
”Betul Bu, saya kan jaga semaleman”
”Jaga atau jaga? Bagaimana saya bisa tau kalau kamu jaga? Buktinya, Bapak keluar kamu juga gak tau.
”Itulah yang saya heran, kok bisa ya Bu?”
”Kok malah tanya saya, Katanya kamu satpam profesional?”
Indri meninggalkan Samin yang termangu.
”Kamu terus terang saja sama saya Pram!”
”Sungguh saya gak tau apa-apa Bu”
”Saya tau sesuatu yang kamu gak tahu”Indri nyaris berbisik. Diperhatikannya pemuda tanggung berambut ikal ini. Tangannya meremas-remas lap mobil yang kering dan kuyu. Indri tahu pasti ada sesuatu yang membuat mukanya tampak layu.
”Terus terang saja, apa sih yang kamu sembunyikan dari saya? Toh sata sudah tahu.”
”Maksud Ibu?”
”Kamu masih suka antar Bapak ke rumah wanita itu khan?”
”Siapa Bu?”
”Ahh kamu masih berpura-pura nggak tahu. Pasti kamu antar Bapak kesana kemarin malam”
”Saya tidur sepanjang malam, gak kelayapan, sumpah Bu”
”Sumpah-sumpah! Antar saya kerumah wanita itu nanti siang”.
”Siapa Bu” Saya betul-betul gak tau siapa yang Ibu maksud”
Indri menghampiri meja makan dengan tergesa. Semua persekongkolan ini tak biasa. Selama ini tak pernah ada yang tersembunyi dari matanya. Tak ada yang cela, karena semua tertata. Bahwa suaminya mudah tergoda oleh wanita, bukankah semua pria itu sama? Wajar kalau itu Cuma hiburan sesekali saja. Namun, menghilang tanpa jejak selama dua hari itu keterlaluan.
Indri mengunyah sarapannya. Roti bakarnya terlalu kering, jus wortel yang dibuat Bi Mimi terlalu manis..
”Mii...!
Sosok wanita separuh baya datang tergopoh-gopoh
”Kenapa jus ini diberi gula? Kenapa selalu lupa?”
Mimi mengabil gelas itu tergesa.

***
Indri mengelap sepihan roti di bibirnya yang bersepuh jingga menyala. Pagi masih muda dan rasa laparnya lenyap seketika. Kali ini siapa? Lidya, Lisa atau Myrna? Satu demi satu perselingkuhan Ardhi di endusnya, tanpa gonjang-ganjing, tanpa prahara, seperti memunguti pakaian Ardhi yang berceceran di kamarnya. Indri paham sepenuhnya bahwa pria seperti suaminya butuh cinta yang masih membara. Sesuatu yang dia tak punya.
Aku tak peduli kamu tidur dengan siapa, Mas. Asal jangan mengusik ketenangan rumah tangga, Perusahaan dan anak-anak kita.
(Sekelumit kisah prahara Indri)
posted by Embun Pagi @ 9:28 PM
 
CAHAYA
Saturday, January 10, 2009 | 5 Comments











Berada dalam kilauan cahaya-Nya
Laksana bermandikan sinar suci
Terlepas dari ikatan batas dan waktu
Tumpah ke dalam rongga dada
Menusuk hingga tulang rusuk

Dan jantung pun berdenyut takjub
Adanya benda-benda hidup dan yang mati
Yang jauh dan yang dekat
Antara yang samar dan jelas
Dan gunung-gunung serta lautan
Panca indera maupun jiwa raga
Terkatup rapat dalam cahaya-Nya..

Seperti lampu dalam kaca
Sinarnya terang benderang
Laksana gugusan bintang melingkari
Alam semesta berkilauan bagai mutiara
Engkaulah cahaya diatas cahaya..
Yang menembus pada setiap hati manusia
Yang terbuka dan dikehendaki-Nya

Cahaya yang terpancar
Merasuk ke dalam jiwa atas petunjuk-Nya
Yang diberikan pada setiap hamba
Yang riuh oleh suara dzikir dan do’a
Pada setiap pagi dan petang
Dari masjid-masjid yang dimuliakan
Dan Allah mengetahui segala
Apa yang dikerjakan hamba-Nya

posted by Embun Pagi @ 10:43 PM
 
PERASAAN ANDARI
Friday, January 9, 2009 | 6 Comments


Pagi itu itu udara diluar tampak begitu cerah,mentari menyambut dengan senyuman hangat. Awan biru mengitari lapisan langit, yah, inilah awal pagi yang indah. Andari menatap rumpun melati yang rimbun diluar sana. Sesungguhnya dia ingin berhenti dari segala urusan kantor, lalu menepi untuk dirinya sendiri. Dibukanya agenda bersampul merah hati. Hari ini dia harus membuka rapat direksi, lalu menyusul rapat dengan yayasan sosial yang mengurusi puluhan anak yatim yang ia santuni. Dengan jadwal serapi ini rasanya sulit bagi andari bisa menyisihkan waktu untuk diri sendiri.

Tangan Andari menekan-nekan tombol telpon genggam. ”Sari, bisa ketemu saya lebih pagi? Saya tunggu di ruangan jam setengah sembilan ya”.
Andari beranjak merapikan blazer peach, warna yang melambangkan kekaguman dan penghargaan kepada orang lain. Andari melirik jam tangan mewah yang melingkar di tangannya. Setengah tujuh, Andari segera memacu mobilnya berangkat ke kantor.

****

”MAU SAYA BUATKAN KOPI ATAU TEH HANGAT?” Suara itu memecah kesunyian pagi di kantor. Andari menyembunyikan wajahnya, gejolak hatinya sulit rasanya tampil pura-pura. ”Hm.. lagi-lagi Widi selalu mengusik hatiku” ucap Andari dalam hati. Andari tersentak dari lamunannya, ketika Sari mengetuk pintu ruang kerjanya.

”Sari, rapat dengan tabloid itu 3 hari lagi khan?” Sari hanya mengangguk. Andari melirik pigura di sudut meja kerjanya. Management kantornya telah menganugerahinya predikat ”Employee of The Year”. Andari adalah sosok wanita yang dinamis dan pekerja keras. Papa adalah support terbesar dalam hidupnya.

****

HARI KETIGA

Usai makan siang Andari melirik jam tangannya. Pukul satu tiga puluh lima, Andari harus rapat hari ini. Dalam perjalanannya Andari terbayang wajah Widi. Di matanya, Andari melihat ada pijakan kokoh, tempatnya bisa menambatkan hati dan berbagi segala suka duka, Widi adalah seorang pria yang mengayomi, mengasihi dengan sepenuh hati dan berpendidikan tinggi. Meskipun dia tau Andari dibesarkan dalam kelimpahan materi, Widi bukanlah tipe yang pencari muka di depan Andari. Dia bekerja keras membiayai kuliahnya sendiri, dari tukang koran hingga kuli, semua dilakoninya dengan percaya diri. Lamunan Andari buyar ketika mobil memasuki pelataran gedung. ”Langsung ke parkiran belakang ya Pak” katanya, cepat. Teringat rapat yang akan dipimpinnya nanti. Halaman parkir sepi saat Andari menapakkan kakinya. Sambil melangkah cepat, dirapikannya rambut sebahunya yang hitam terurai.

Usai rapat, Andari langsung memasuki mobilnya yang wangi, mobil yang dikemudikan Rudi supir kantornya yang telah bekerja puluhan tahun melaju pelan, entah kenapa Andari teringat celoteh Widi beberapa hari lalu. Andari menarik nafas panjang tentang apa yang di rasakannya...”Aku mencintainya” gumamnya dalam hati.


( Hanya sekelumit kisah tentang Andari)



posted by Embun Pagi @ 9:27 AM
 
DUNIA ANAK
Wednesday, January 7, 2009 | 6 Comments













Dulu waktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) masih mendapat pelajaran kesenian (seni suara), banyak lagu2 anak yang diajarkan diantaranya adalah Tanah Airku Indonesia, Bintang Kejora, pelangi, Indonesia Pusaka. Bunga Nusa Indah.

Pada saat itu pula Imajinasi saya seperti diajak berkelana keliling ke bumi Indonesia yang indah Hijau pepohonan menggambarkan kedamaian. Hamparan sawah luas yang melambangkan kesuburan. Dan laut biru menyimpan berjuta-juta kemakmuran. Sangat mengagumkan pencipta lagunya yang mampu mengurai deretan melodi meliuk-liuk indah, syair dengan kedalaman maknanya pun mampu ”menghipnotis” pikiran. Bagi anak-anak seusia saya (saat itu), yang ada dalam benak hanyalah kebanggaan terhadap negeri Indonesia.

Tidak banyak bintang atau khususnya penyanyi anak-anak yang mampu bertahan hingga ia berusia dewasa. Kalau mau flash back kita bisa melihat penyanyi era tahun 80-an meski saya belum lahir tetapi begitu banyak nama-nama penyanyi cilik terkenal seperti Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo, Ira Maya Sopha Dina Mariana, tetapi ternyata harus tenggelam setelah usia mereka beranjak semakin dewasa. Lagu yang mereka nyanyikan pun cukup terkenal dan melekat di telinga anak2 dan telinga saya sampai skrg ini contohnya : kereta api, lihat kebunku, bintang kecil. Kemudian era tahun 90-an ada Puput Novel, Puput Melati, Joshua, Enno Lerian, Trio Kwek2 lagu2 mereka pun cukup manis di dengar.

Era Tahun 2000-an Indonesia punya penyanyi cilik Sherina, Tasya, dengan lagunya Libur Telah Tiba, Anak Gembala ciptaan AT Mahmud merupakan pencipta lagu yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dunia anak-anak.







“Kehadiran artis cilik seperti Sherina dan Tasya dalam industri musik anak-anak saat itu memang tepat. Seperti diketahui, industri musik anak-anak saat itu seakan memang sedang dilanda kejenuhan lantaran suasana yang monoton. Dengan kehadiran dua artis cilik ini, anak-anak diperkenalkan pada pola bernyanyi dan bermusik yang benar, sampai memahami musik dalam sekala besar, orkestra misalnya.

Namun apa yang terjadi pada masa sekarang? Waktu yang hanya terpaut sekitar 10 tahun saja, blantika musik anak-anak sudah mengalami perubahan cukup jauh. Televisi dan radio tak lagi mau menyuguhkan acara anak2 tetapi dipenuhi lagu-lagu orang dewasa. Dari genre pop, lagu-lagu semacam Kekasih Gelapku (Ungu), Munajat Cinta (The Rock, Mahluk paling seksi (Mulan) mengajak anak-anak berpikir layaknya orang dewasa.

Lebih menyedihkan lagi dari genre dangdut ada Kucing Garong, Goyang dombret, SMS.. Dalam setiap penampilan, baik di layar kaca maupun di tengah publik, selalu menonjolkan goyangan penyanyinya yang terkesan seronok, Hiburan yang seharusnya hanya boleh dikonsumsi dan dinikmati oleh kalangan usia dewasa, itu menjadi menu dan tontonan anak-anak sehari-hari. Tayangan lagu seronok dan bertema percintaan (perselingkuhan) yang membahayakan bagi perkembangan jiwa anak.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa arus globalisasi tak dapat kita hindari . Kita perlu mengikuti perkembangan modernitas. Maraknya sajian hiburan di televisi dan semakin mudahnya akses internet yang menyediakan beragam informasi tak disangkal merupakan bagian dari denyut kehidupan abad ini. Namun jika tidak di imbangi dengan pemantauan ketat terhadap anak-anak, tidak menutup kemungkinan dapat berakibat buruk bagi kehidupan mereka kelak. Di sinilah peran orang tua diperlukan.

Dulu pernah ada apresiasi dalam bentuk kompetisi seperti AFI Junior (Indosiar) saat ini ada idola Cilik (RCTI). Acara yang tujuannya untuk mencari dan memandu bakat menyanyi bagi anak-anak. Namun sayangnya kemasan yang disajikan juga bukan lagu anak-anak, hampir semua lagu yang dinyanyikan adalah lagu dewasa, mereka dipoles dengan kosmetik yang akhirnya kesan natural anak menjadi hilang. Kekhawatiran terhadap dunia anak-anak yang cenderung kurang mengenal hiburan sesuai dunianya dan dihadapkan pada lagu percintaan 'milik' orang dewasa.

Pada kondisi seperti ini kita menaruh harapan besar kepada pencipta lagu dan industri rekaman TV ataupun Radio Swasta yang berinovatif menghidupkan kembali lagu anak-anak indonesia, yang dapat meng edukasi dan mengembalikan anak-anak pada dunia yang semestinya, dunia yang natural, jujur dan murni. Indonesia punya sekian banyak televisi swasta yang seharusnya semakin dewasa memberikan porsi yang pas dan mencukupi dalam setiap penayangan program. Jangan sampai anak-anak pun digiring hanya sekadar komoditas, dieksploitasi sebagai mesin pencari uang bagi stasiun televisi itu sendiri. Sebagai bangsa, siapapun ikut bertanggung jawab menggiring anak-anak ke dalam pembentukan moral dan masa depan yang lebih baik .

Menurut Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain , fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang.

Sekalipun dunia bermain adalah dunia anak-anak, tapi anak membutuhkan peran orangtua untuk dapat berada dalam dunianya itu secara aman dan nyaman. Dengan bermain, tidak hanya anak merasa senang dan bahagia ketika melakukannya, tapi dengan bimbingan yang tepat dari orangtua, potensi diri anak juga dapat berkembang, anak dapat menjadi pintar lewat sarana permainan. Anak senang dan orangtua bahagia.

posted by Embun Pagi @ 11:00 PM
 
YANG HILANG
Tuesday, January 6, 2009 | 6 Comments


Bukan inginku membiarkanmu sepi dan gersang..
Dulu pernah kita tanam bunga-bunga indah
Kita dirikan bangunan yang megah..
Ditempat itu kita sering berbagi cerita
Cerita tentang bintang malam dan hitam putih kehidupan
Diselingi canda tawa yang membuat suasana menjadi hangat

Pergiku bukan untuk mencari titian hati..
Pergiku juga bukan tanpa alasan yang pasti..
Nyanyian itu kini hilang dihempas ombak
Kucoba kuatkan hati untuk menahan
Kapankah akan kudengar lagi
Nyanyian angin dan senandung lirihmu..

Pernahkah kau tanya pada hatimu...
Mengapa hitam kau katakan putih?
Bicaralah, diammu tak bisa ku pahami
Lalu kutanya pada hembusan angin..
Serta pada rumput di padang ilalang

Ke manakah akan kucari lagi

Butir-butir rindu yang telah hilang.
Apakah pada gelombang di lautan
Atau hiruk pikuk kehidupan
Apakah pada cahaya rembulan

Atau tubuh-tubuh panas jalanan?
Namun tak kutemukan jawaban


posted by Embun Pagi @ 11:00 PM
 
PELANGI DI UJUNG SENJA
Monday, January 5, 2009 | 6 Comments

















Aku masih berdiri di ujung jalan..
Rinai hujan dan semilir angin temani penantianku
Ku ingin melukis pelangi untuknya..
Merahnya, ku ambil dari anyelir yang tumbuh di pekarangan..
Jingga, ku ambil dari bias cahaya langit senja..
Kuningnya, ku ambil dari bunga kenari yang sedang mekar.

Kupilih pucuk-pucuk pinus yang hijau untuk mempermanis lukisanku...
Sempat ragu ketika akan melukis warna biru..
Lalu kupetik bunga lily...
Selain tenang, lily biru juga melambangkan keberuntungan.

Ku ambil seuntai nila dan ungu nan elok..
Pancaran dari bunga amarilis tuk melengkapi goresanku
Warna-warna yang kutuang dengan senyum ceria dan bersenandung..
Dengan wajah yang berbinar serta canda tawa..
Seperti saat kita sedang bercakap-cakap.

Kupilih bunga-bunga indah sebagai warna..
Untuk melukis pelangi setelah rinai hujan usai..
Sekarang coba pandanglah ke langit..
Lihatlah pelangi senja hari ini..
Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila dan Ungu..
Tujuh warna yang tergores disana adalah energy..
Yang akan menebarkan kebahagiaan dalam kehidupan
Semua tercipta karena kuasa-Nya.
posted by Embun Pagi @ 11:11 PM
 
BUKAN BAYANG-BAYANG
Sunday, January 4, 2009 | 4 Comments

Tidak banyak resolusi yang menjadi targert, tapi bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nafas kehidupan, kepada Papa yang tak pernah lelah merawatku, special thanks buat mas Nuga akhirnya aku punya blog. Tahun baru datang setiap tahun, tahun dimana setiap orang meletakkan harapan akan datangnya semangat dan keberhasilan baru. Tetapi kenyataan tak seperti yang kuharapkan. Semua terjadi begitu saja, sulit rasanya untuk menerima yang terjadi.. namun aku harus berpijak pada realita..

Hari itu aku sedang terbaring di rumah sakit ditemani my Aunty dan Papa, meskipun blm boleh pake HP tapi aku masih boleh sms. Sore itu Retno datang bezuk aku di rs, membahagiakan karena Retno adalah sahabat dekat semasa aku kuliah. Dia tau banyak tentang aku, kehidupanku bahkan keluargaku. Setiap ada kesempatan ketemu atau ngobrol via HP kami bercerita tentang banyak hal.. dari pekerjaan sampai pada hal2 yang sifatnya personal.

Ngomong-ngomong tentang Retno, aku suka tertawa geli.. ingat saat aku digigit kepiting sawah (Yuyu dlm bahasa Jawa). Ceritanya saat liburan semester aku diajak ke rumah Retno di daerah prambanan Yogyakarta. Waktu itu ayah retno sedang menyiangi rumput di sawah dan aku diajak untuk mengantarkan makanan sarapan pagi. Kami berdua berjalan menyusuri pematang sawah, Aku melangkah santai menikmati dinginya udara pedesaaan dan semilir angin. Tiba-tiba ada sesuatu yang menyengat tumit kaki kananku.. aku teriak menahan rasa sakit.. Orang2 menghentikan aktifitasnya dan pandangan mereka tertuju ke arah teriakanku.. anehnya semua tertawa begitu mereka tau kalau aku digigit kepiting sawah.. itulah kenanganku bersama Retno.

Hm... back to case.. Malam pergantian tahun terlewatkan begitu saja, selain kondisiku yang memang tidak memungkinkan, ditambah lagi persoalan yang harus aku hadapi dan aku terima. Kenyataan yang sulit diterima logika, aku bertanya pada diriku ”kenapa dia tega bohongi aku?” karena yang tersimpan di memori aku pada hari itu he gone to book fair..saat melihat gambar2 yang bertema ”having dinner di salah satu cafe” aku setengah tidak percaya kalau ini hanyalah satu kebetulan yang sifatnya accidental. Rasanya ingin lari tapi aku tak mampu, aku tidak bisa merubah yang telah ada. Kutepis rasa sakit itu sebisa mungkin... Aku hanya wanita biasa yang mungkin tak pantas mendapatkan cinta... tapi punya rasa.. Sejujurnya rasaku masih ada, tapi beda dari yang pernah ada...aku tak ingin ada dalam bayang-bayang masa lalunya...kata maafmu tak cukup mengobati luka dan perihnya hatiku... Aku berharap semua akan berubah.. seperti waktu yang akan merubah hatimu untuk menyadari kekeliruanmu..


posted by Embun Pagi @ 10:59 AM
 
DIAM
Saturday, January 3, 2009 | 5 Comments






Mata diam terpejam
Tak ingin lagi menatap wajah-wajah palsu
Dan segala kerut duka lara
Telingaku diam tertutup
Tak ingin lagi mendengar lagu-lagu sendu
Dan semua hiruk pikuk kehidupan

Hidung diam tersumbat
Tak mau lagi mencium wangi bunga
Dan seluruh kembang pesona
Mulut diam terkatup
Tak ingin lagi bicara hal yang tabu

Tangan diam tersekap
Tak ingin lagi merajut benang-benang rindu
Dan melukis lagi wajah-wajah layu
Kaki diam terjerat
Tak ingin lagi menginjak pasir-pasir sayu
Dan menelusuri lembah-lembah nista
Kepala terbaring dalam tebing keputus-asaan
Terkulai pada bayangan ketidak pastian

Hati tertindih oleh keping-keping keabadian
Tertekan oleh ketidak berdayaan
Diamku bukan bisu atau tak tau
Diamku memendam seribu rasa dan asa
Yang tak pernah bisa terungkap
Diamku selalu mencari...
Kebearadaan diri yang semakin larut
Dalam dzikir dan do’a malam
Mohon kekuatan agar aku mampu bertahan
Untuk memuja Kebesaran-Mu.

posted by Embun Pagi @ 8:44 PM